Wednesday, November 14

WHO IS SUMAMBING

Meskipun figur Sumambing (SM) cukup dikenal di daerah Hulu Sungai Selatan, informasi lengkap tentang riwayat beliau sulit ditemukan. Melacak tahun kelahiran dan wafat beliau ternyata sangatlah sulit. Di makam beliau yang berada di simpang tiga Tabihi, Padang Batung, juga tidak tertera mengenai informasi itu. Satu-satunya informasi yang diperoleh, beliau wafat sekitar tahun 70-an, setelah pemberontakan PKI. Ketika PKI memberontak 30 September 1965, anaknya yang tertua, Darsun, baru merangkak. (Asikah, 2007). Lebih detil Asikah mengingat bahwa kematian Sumambing ketika anaknya yang paling tua, Darsun, sudah sekolah di sekolah dasar. (Asikah, 2007). Hal itu setidaknya menunjukkan bahwa kematian Sumambing berada dikisaran tahun 1972 sampai 1977 dengan asumsi Darsun memasuki sekolah dasar di usia 7 tahun.
Informasi lain menyebutkan bahwa Sumambing wafat di era kekuasaan Soeharto. Hal itu bisa memastikan bahwa Sumambing wafat setelah tahun 1966. Informasi lebih detil menyebutkan bahwa kematian Sumambing di saat anaknya berusia sekitar satu tahun sedangkan umur anak informan tersebut sekarang 30 tahun. (Inat, 2007). Setelah dicek, ternyata anak tertua informan, lahir pada tahun 1975. Itu menunjukkan bahwa beliau wafat dikisaran tahun 1976.
Dari perkawinan pertama, Mambing dikaruniai seorang anak bernama H. Rusli yang belakangan menjadi seorang tentara (TNI). Setelah istri pertama meninggal dia mengawini seorang perempuan bernama Impil, yang dikenal pula sebagai Nini Campa (Nenek Campa). Buah cinta dengan Nini Campa lahirlah Ani (Aan). (Asikah, 2007)
Informasi mengenai kehidupan Sumambing tampaknya tidak bisa dicari dari orang terdekatnya yaitu anak dan cucu-cucunya. Di antara anak-anaknya, hanya H. Rusli yang masih hidup, itupun keadaannya sudah tidak bisa lagi memberi informasi yang detil karena usia. Sementara cucu-cucunya, tidak mengetahui mengenai kehidupan beliau.
Dari tahun wafat tersebut dapat diduga kapan Sumambing lahir. Menurut Hayadi, tetangga Sumambing, beliau wafat pada usia lebih dari 70 tahun (Hayadi, 2007) Jika mencermati informasi Asikah yang menyebutkan bahwa menjelang akhir hayatnya, Sumambing sering pingsan di masjid Takwa, Kandangan, patut diduga usia beliau berkisar antara 75 s.d. 80 tahun. (Asikah, 2007)
Apabila diambil kesimpulan tentang kelahiran beliau dari informasi terakurat dalam hal ini Asikah dan Hayadi, tetangga dan punya hubungan keluarga, usia Sumambing adalah 75 tahun saat beliau wafat ditahun 1976. Itu berarti, Sumambing lahir 1901.
Mambing dikenal pula oleh keluarganya bernama Kayi (kakek) Mambing. Beliau bertubuh pendek dan gampal (gemuk berisi) sehingga disebut orang kampung di sekitar Bilui sebagai Kayi Campa (kakek pendek). Karena tubuh beliau yang pendek, sadel sepeda harus diletakan di pipa sepedanya. Dia juga pernah ke dalam drum ketika dia mengambil air. Tubuhnya dengan berdiri di atas kursi kecil agar tubuhnya bisa mengambil air di dalam drum.(Muhammad, 2007)
Karirnya sebagai tukang semen kolam masjid dan tukang semen kuburan tidak hanya dirintis secara mandiri. Dia juga menjadi pegawai CV Basarson, sebuah perusahaan generasi pertama di Kandangan. (Zakaria, 2007) Figur Sumambing dikenang orang-orang yang pernah mengenalnya adalah figur yang tidak pemarah dan suka bergurau.
Tentang pekerjaan Sumambing, Hayadi, seorang penduduk Tabihi Kiri, tetangga Sumambing menceritakan bahwa Sumambing adalah tukang sebar pengumuman lisan. Menurutnya, apabila ada pemberitahuan dari kecamatan, Sumambing akan berkeliling kampung membacakan pengumuman sambil memukul gong kecil yang dibawanya (Hayadi, 2007)
SM adalah orang yang sering ke Masjid Takwa yang berjarak sekitar dua kilometer dari rumahnya. Asikah menceritakan bahwa mereka sering melarang SM pergi ke masjid karena usia yang sudah uzur. Namur, SM menjawab bahwa kalau sudah umur habis meskipun tidak berangkat ke masjid tetaplah dia akan wafat (Asikah, 2007) Di tahun 1976, suatu hari beliau berangkat ke Masjid Takwa. Di masjid itulah, SM menghebuskan nafasnya yang terakhir. Dia jatuh di masjid. Orang-orang sempat membiarkannya terbaring di masjid. Mereka mengira SM hanya bergurau seperti sering dilakukannya. (Ahyadi, 2007)
Selengkapnya...

2 Comments:

At August 14, 2011 at 6:58 PM , Blogger Rolly gustavo said...

maaf gan boleh ditambahkan sedikit informasi neh, anak datu sumambing ada 4:
1)HJ.kurnia
2)H.rusli
3)HJ.basriah
4)Aan.
jadi anak datu yang pertama HJ.Kurnia dan nama suaminya adalah H.Udari.

 
At January 7, 2013 at 5:07 AM , Blogger Kamal Ansyari Abinya Naira dan Haikal said...

Saya dukung pelestarian khazanah cerita rakyat kandangan, hulu sungai selatan, kalimantan selatan seperti Maharaja sukarama dan raja-raja dari kerajaan negara daha, perebutan tahta pangeran samudera dengan pangeran tumenggung, legenda raja gubang, datu panglima amandit, datung suhit dan datuk makandang, datu singa mas, datu kurba, datu ramanggala di ida manggala, datu rampai dan datu parang di baru sungai raya, datu ulin dan asal mula kampung ulin, datu sangka di papagaran, datu saharaf parincahan, datu putih dan datu karamuji di banyu barau, legenda batu laki dan batu bini di padang batung, legenda gunung batu bangkai loksado, datu suriang pati di gambah dalam, legenda datu ayuh sindayuhan dan datu intingan bambang basiwara di loksado, kisah datu ning bulang di hantarukung, datu durabu di kalumpang, datu baritu taun dan datu patinggi di telaga langsat, legenda batu manggu masak mandin tangkaramin di malinau, kisah telaga bidadari datu awang sukma di hamalau, kisah gunung kasiangan di simpur, kisah datu kandangan dan datu kartamina, datu hamawang dan datu kurungan serta sejarah mesjid quba, tumenggung antaludin dan tumenggung mat lima mempertahankan benteng gunung madang, panglima bukhari dan perang hamuk hantarukung di simpur, datu naga ningkurungan luk sinaga di lukloa, datu singa karsa dan datu ali ahmad di pandai, datu buasan dan datu singa jaya di hampa raya, datu haji muhammad rais di bamban, datu janggar di malutu, datu bagut di hariang, sejarah mesjid ba angkat di wasah, dakwah penyebaran agama islam datu taniran di angkinang, datu balimau di kalumpang, datu daha, datu kubah dingin, makam habib husin di tengah pasar kandangan, kubur habib ibrahim nagara dan kubah habib abu bakar lumpangi, kubur enam orang pahlawan di taal, makam keramat bagandi, kuburan tumpang talu di parincahan, pertempuran garis demarkasi dan kubur Brigjen H.M. Yusi di karang jawa, pahlawan wanita aluh idut di tinggiran, panglima dambung di padang batung, gerombolan Ibnu hajar, sampai cerita tentang perang kemerdekaan Divisi IV ALRI yang dipimpin Brigjen H. Hasan Baseri dan pembacaan teks proklamasinya di Kandangan. Semuanya adalah salah satu aset budaya dan sejarah bagi Kalimantan Selatan.

 

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home