Monday, July 16

BATU BARU ATAU RAKYAT

KABAR BAIK DARI BATU BARA

Para komuter (penglaju) yang kerap melintasi jalan provinsi menuju banua enam atau sebaliknya, pastilah merasakan bagaimana rusaknya jalur itu. Tak berselang lama setelah diperbaiki, yang konon biayanya mencapai 300 sampai 400 Milyar, kembali rusak. Rupanya jalan vital itu tak kuasa menahan beban berat truk batu bara (Bara) yang lebih sekitar 5 ton dari kemampuannya. Cobalah simak harian ini (rubrik Hotline) niscaya sangat banyak keluhan publik terkait batu baru. Dari keluhan tentang jalan rusak, debu, kerusakan alam sampai kemacetan. Meskipun demikian, para penguasa banua ini, tak mampu mencegah melintas jalan milik publik itu, kecuali Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Selatan menolak penambangan batu bara di wilayah Padang Batung (Bpost, 6 April 2007). Mereka tidak hanya tegas menolak lulusan PGSD/MI menjadi CPNS meskipun termasuk database. Jika ketegasan berpihak kepada rakyat itu istiqamah, Bupati dan jajarannya niscaya dapat pahala dari Tuhan.
Terlepas dari hal tersebut, benar apa yang ditulis Bpost (6 April 2007 halaman 1), problem angkutan batu bara adalah kepadatan lalu lintas, truk sampai berjajar empat di jalan umum, kerap terjadi kecelakaan, kerusakan jalan/jembatan karena tonase truk berlebihan, ketegangan dengan warga berpangkal dari uang konpensasi, dan polusi air/udara yang berdampak kepada kesehatan warga. Meskipun sangat jelas dampak angkutan batu bara di jalan umum, penguasa tampaknya tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka masih bicara “akan” dan “akan”, bukan "kami telah", padahal problem angkutan itu sudah berlangsung bertahun-tahun.
Mengapa penguasa tidak bisa berbuat apa-apa mencegah truk-truk itu melintas di jalan umum? Tak bisa diabaikan, pertambangan batu bara mencatat banyak "keberhasilan" di tanah Banjar ini. Paling tidak ada lima "keberhasilan" penambangan batu bara bagi banua ini. Pertama, batu bara berhasil mengangkat popularitas Kalimantan Selatan di mata publik nasional. Kini, Kalsel telah dikenal sebagai gudangnya orang kaya yang rela menghabiskan ratusan juta rupiah sampai milyaran rupiah untuk berfoya-foya, kawin lagi, atau membeli mobil paling mahal. Mobil-mobil mewah yang berkeliaran di jalan raya menaikan image Kalsel di mata orang-orang yang mengunjunginya.
Kedua, penambangan batu bara berhasil menjadikan Kalsel layaknya kota “metropolitan”. Angkutan bata bara telah mengubah publik Kalsel mulai akrab dengan kemacetan jalan raya seperti halnya di Jakarta. Hampir semua orang Kalsel memahami bahwa apabila melintasi jalur Banjarmasin-Banua anam (hulu sungai) harus berangkat pagi hari untuk menghindari kemacetan. Tidak bisa dipungkiri, angkutan batu bara adalah penyebab kemacetan paling utama di banua ini. Truk-truk bermuatan puluhan ton harus menghindari lobang-lobang dijalan dengan mengambil jalur mobil lain sehingga mobil-mobil kecil harus mengalah. Akhirnya, mobil-mobil pun harus antri. Belum lagi, jika ada truk angkutan yang rusak atau terbalik di tengah jalan, kemacetan akan lebih lama lagi berlangsung. Meskipun dibatasi muatannya 6 ton, kemacetan tetaplah ancaman yang nyata bagi pengguna jalan lain karena truk-truk itu masih melintas jalan milik orang banyak itu.
Ketiga, dunia pertambangan berhasil menciptakan lapangan kerja baru. Ribuan orang mencari nafkah di bidang itu. Akan tetapi, jutaan orang juga merasakan dampaknya. Ketika orang mendapatkan uang, roda ekonomi pun berjalan Sehingga secara ekonomi Kalimantan Selatan diuntungkan. Menurut Gubernur Kalsel (Kalimantan Post, 3 April 2007), royalti yang diterima Pemerintah Provinsi Kalsel sekitar 54 milyar pertahun. Bayangkan, banyaknya uang itu. Sayangnya duit tersebut tak cukup untuk memperbaiki jalan yang membutuhkan biaya sekitar 300 milyar sampai 400 milyar rupiah. Tidak hanya itu, konon, para penguasa pun mendapat “penghasilan” yang sangat besar dari pertambangan.
Keempat, penambangan batu bara telah berhasil menaikkan standar hidup orang yang terlibat di dalamnya. Bisnis Bara merupakan bisnis paling menjanjikan dan paling mudah mendapat uang. Karena itulah, uang tidak lagi begitu berharga dimata mereka. Jika dulu cukup dengan mobil seharga ratusan juta, kini standar mereka naik menjadi mobil senilai milyaran rupiah. Para pebisnis bersaing mengaktualisasikan diri dengan kekayaan mereka. Di tingkat sopir pun terjadi fenomena yang sama. Ketika kebijakan pengetatan tonase muatan diberlakukan yang tergambar dikalangan sopir adalah penderitaan karena penghasilan mereka sangat menurun.
Kelima, batu bara telah berhasil memunculkan hard power baru di tanah Banjar. Hard Power, menurut Joseph S.Nye Harvard University, mencakup militer, uang suap, dan bayaran. Hard power merupakan kebalikan dari soft power. Soft power merupakan kemampuan memikat dan mengkooptasi pihak lain untuk melakukan apa yang kita kehendaki tanpa kita memintanya. Soft power bersifat tidak memaksa. tidak secara langsung, dan tidak memerintah.
Prestasi gilang gemilang itu, mungkin, menurut para penguasa harus terus dipertahankan di banua Banjar ini. Akan tetapi, saya teringat apa yang diceritakan oleh Prof. Dr. H. M. Amien Rais, M.A.di Bank BPD Kalsel tak berselang lama. Kera yang telah menjelang ajal terus berusaha menyusui bayinya. Di penghujung hidupnya, kera itu masih saja berusaha menyediakan yang terbaik untuk bayinya agar dapat survival di rimba yang liar itu.
Berbeda dengan kera itu, manusia kerap tak peduli dengan masa depan anak cucunya. Manusia lebih mementingkan diri mereka sendiri. Kekayaan alam dikuras tanpa peduli kerusakan yang ditimbulkannya. Kerusakan alam yang membawa bencana itulah warisan kita untuk generasi akan datang. Bisa saja mereka nanti protes kepada pendahulunya yang telah merusak alam ini. Mereka yang terlibat merusak dan sudah wafat akan ditanyai dalam kubur dan mungkin dimarahi habis-habisan oleh Tuhan. Akan tetapi, pemimpin, polisi, politisi dan publik, termasuk Bupati HSS dan jajaran, yang tidak berselingkuh dalam merusak alam dibiarkan Tuhan tenang di alam kubur. Entahlah, kita termasuk yang mana?
Selengkapnya...

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home