Wednesday, September 5

ENYAH LAH DARI TANAH BANJAR

Urang Banjar tampaknya harus berusaha lebih keras untuk bekerja di Adaro Envirocoal. Perhatian mereka terhadap penduduk setempat yang ingin bekerja ternyata hanya isapan jempol belaka. Hal itu dialami seorang pelamar dari Kandangan, bernama Khairul Irsyadi. Dia adalah sarjana teknik lulusan sebuah perguruan tinggi di Malang. Pada Mei 2007, dia dipanggil untuk mengikuti wawancara di Banjarmasin. Akan tetapi, setelah datang ke kantor Adaro Banjarmasin, ternyata pewancara masih berada di Kelanis. Pihak Adaro menjanjikan akan melalukan wawancara melalui telepon. Setelah itu hanya ada satu telepon dari Adaro yang menanyakan apakah sudah wawancara. Bayangkan sebuah perusahaan besar tidak tahu apakah proses rekrutmen sudah dilaksanakan. Tiga bulan sudah wawancara tidak pernah dilaksanakan.
Hal itu memunculkan dugaan bahwa Adaro tidak berpihak kepada urang Banjar. Mereka hanya memberikan kesempatan bagi urang Banjar untuk pekerjaan seperti Satpam, sopir dan pekerjaan lain yang mereka anggap level rendah. Sementara untuk ikut bersaing di formasi pekerjaan ditingkat sarjana sangat sulit. Untuk mengikuti wawancara saja sangat sulit dan membutuhkan waktu berbulan-bulan sejak dipanggil wawancara. Sangat berbeda dengan perusahaan lain yang transparan pelaksanaan tesnya.
Adaro telah menyedot kekayaan alam tanah Banjar, tetapi tak pandai menghormati urang Banjar. Adaro lebih baik enyah enyah dari tanah Banjar ini.
Selengkapnya...