Monday, September 28

PEWARNA RAMBUT

Seperti kebanyakan anak kos, setiap habis libur sekolah kebutuhan sehari-hari sabun mandi, odol, dll dapat dipastikan habis. Hari ini, sepulang sekolah saya singgah di sebuah super market. Bukan sok kaya atau sok kekota-kotaan, perkaranya disitu konon lebih murah. Apalagi saya harus membeli setrika, karena teman tempat kami meminjam setrika sudah pulang kampung dan setrika dia bawa pulang. Tidak logis kalau sekolah dengan baju kumal.

Pada saat antri di kasir, di belakang saya ada seorang gadis atau mungkin ibu muda. Bercelana jeans pake kaos. Tidak perlu diceritakan tentang bagaimana perempuan Bandung, fashionable banget. Ahhhaaaa dalam hati saya bertanya apakah perempuan ini bisa mengaji Alquran. Jangan-jangan dia tidak tahu huruf alif sekalipun. Salatkah dia? Itu pertanyaan aneh memang.
Dia belanja dengan seorang lelaki, mungkin pacarnya atau boleh jadi suaminya. Pada saat pulang, mereka naik sebuah sepeda motor. Di Bandung, saya sering berpikir, mengapa kok lelaki standar (dari segi wajah dan modal) bisa mendapatkan wanita yang manis. Dalam hal ini, Tuhan menunjukkan keadilanNya. Jelek dengan cantik. Perpaduan yang sangat baik.
Saya mendengar si perempuan itu ragu-ragu membeli sebuah pewarna rambut. Perkaranya simple saja. Dia ragu, pewarna rambut tersebut membuat salatnya tidak sah. "Susah nanti salat", ujarnya. Dia tahu, pewarna rambut mungkin akan menghalangi air wudhu membasahi rambutnya. Ahhhhhh...perempuan cantik itu ternyata masih memikirkan salat.... Mungkin itu yang membuatnya kelihatan tampak bersih dan memancarkan pesona.
Selengkapnya...