KEMATIAN TAK TERDUGA
Hari ini, aku menerima kabar tentang seorang keluarga jauh saya. Kami menyebutnya "mamanya Iju" karena salah satu anaknya bernama "Iju". Ini kabar duka kawan. Di suatu sore, sebagaimana kebiasaan para petani, "mama iju" dan suaminya "julak Kisran" pulang dari sawah yang berjarak sekitar tiga kilometer dari rumahnya. Dengan mengendarai sepeda motor mereka pulang menjelang senja. Menuruni bukit kecil tak berapa jauh dari jalan raya Panglima Dambung, dia mengeluh sakit kepala kepada suaminya. Mereka pun singgah ke sebuah pondok di tepi jalan. Rupanya, itu adalah hari terakhir dia mengunjungi sawahnya. Dan dia menghembuskan nafas terakhir di pondok itu. Tanpa sakit. Kedukaan itu mungkin sangat berat karena sama sekali tak terduga oleh keluarga. Namun, disisi lain kepergiannya itu adalah kematian yang indah. Dia tidak sedikitpun menyusahkan dan membebani keluarga dengan biaya dan waktu karena harus dirawat bertahun-tahun di rumah sakit. Ahhh.
Mendengar kabar duka itu, tiba-tiba saya tersadar. Kematian ternyata sangat dekat. Dia bisa datang disaat kita masih segar. Kematian bisa datang disaat kita bermain dengan si kecil, di saat kita bercengkerama di cafe, dan kematian bisa datang kapanpun dan dimanapun. Kematian seperti buah kelapa. Buah kelapa tak peduli muda atau tua. Tua atau muda kelapa bisa jatuh terhempas ke bumi.
Kesedihan sesungguhnya dari kematian bukan karena kita tidak tahun kapan akan terjadi. Akan tetapi, kesedihan itu datang bila kita harus mati disaat berada ditempat dan waktu yang salah. Selengkapnya...